Binatang Dewa Maut
Hutan itu sangat rimbun oleh pepohonan. Berbagai macam pohon yang menjulang tinggi tumbuh subur mengelilingi hutan tersebut. Suasana di sana cukup teduh karena sinar matahari tidak bisa menembus rimbunnya dedaunan. Seorang pemuda berumur sekitar dua puluh tiga tahunan sedang berjalan dengan santai seorang diri. Orang itu memakai pakaian serba hitam. Bagian bawah rambutnya yang panjang dibiarkan tergerai. Sedangkan bagian atasnya dijepit oleh jepitan kecil yang terbuat dari batu giok. Wajahnya sangat tampan, tetapi terlihat sangat tidak berekspresi. Wajah tampan itu tampak sangat dingin seperti halnya bongkahan es. Kulitnya putih bersih dengan hidung bangir. Sepasang matanya sangat tajam menusuk. Sepasang mata itu menggambarkan kekerasan, kekejaman dan keberanian. Di pinggangnya terdapat sebilah golok hitam. Tiada warna lain yang terdapat dalam golok itu kecuali hanya warna hitam. Golok yang hitam legam, penuh dengan hawa pembunuh dan hawa kematian. Gagang golok itu mempunyai bentuk ukiran kepala iblis. Dua hal itu saja rasanya sudah cukup untuk mewakilkan betapa angker dan menyeramkannya senjata itu. Orang-orang persilatan menyebutnya dengan nama Golok Iblis. Setiap insan yang berkecimpung dalam dunia persilatan pasti sudah mendengar cerita tentang Golok Iblis tersebut. Konon katanya, Golok Iblis itu sudah sangat sering mencabut nyawa manusia. Khususnya mereka yang merupakan manusia-manusia hina. Manusia yang tidak mempunyai hati nurani. Manusia yang bertingkah laku layaknya binatang. Setiap orang juga tahu bahwa golok dan pemiliknya sama-sama terkenal. Kalau senjatanya mendapat julukan Golok Iblis, maka nama pemiliknya mendapat julukan si Dewa Maut. Dalam dunia persilatan, beberapa bulan belakangan ini nama Dewa Maut seakan benar-benar menjadi malaikat yang diutus oleh neraka. Seluruh pendekar yang tersebar luas di daerah Tanah Pasundan pasti pernah mendengar tentang beritanya. Dia diberitakan sebagai tokoh yang berasal dari aliran hitam. Sebab setiap melihat pendekar golongan putih, Dewa Maut akan langsung membunuhnya saat itu juga. Tapi menurut berita lainnya, tidak sedikit juga tokoh golongan hitam dan golongan merdeka yang menjadi korbannya. Entah kabar itu benar atau tidak, yang jelas, begitulah berita yang tersebar luas hingga ke pelosok negeri. Sekarang, semua orang-orang dunia persilatan, khususnya yang berasal dari golongan putih, sedang menyusun kekuatan untuk kemudian berniat membunuhnya. Bahkan tidak ketinggalan juga para tokoh golongan hitam ada yang turut mempunyai niat mencabut nyawanya. Bagi semua tokoh persilatan, kehadiran Dewa Maut adalah merupakan ancaman yang paling serius. Dia bahkan digambarkan lebih berbahaya daripada seribu pasukan pemerintah. Lebih kejam daripada datuk rimba hijau. Dewa Maut sendiri sudah mendengar kabar bahwa dirinya telah menjadi buronan seluruh kaum sungai telaga. Hanya saja, dia tidak pernah ambil peduli. Apapun yang akan dilakukan oleh orang lain kepadanya, dia tidak pernah terlalu memikirkannya. Apa yang dilakukan oleh dirinya, sesungguhnya mengandung alasan tersendiri. Hanya saja terkait apakah alasan itu, sampai sekarang belum ada yang mengetahuinya. ### Saat ini waktu menunjukkan sore hari. Entah sudah berapa lama dirinya berjalan di dalam hutan yang luas itu. Entah sudah berapa jauh juga jarak yang dia tempuh menggunakan sepasang kakinya. Sebenarnya, untuk saat ini, Dewa Maut sendiri tidak mempunyai tujuan ke mana dirinya akan pergi. Dia hanya mengikuti sepasang langkah kakinya saja. Ke mana langkah kaki membawanya, maka ke sanalah dirinya akan pergi. Tapi niat utamanya masih tersimpan lekat dalam hatinya. Dia turun ke dunia persilatan karena ingin mencari pelaku yang telah membunuh adik kandungnya beberapa tahun lalu. Langkah kaki Dewa Maut tetap tenang. Caranya berjalan menggambarkan seseorang yang sudah berilmu tinggi. Padahal dia bisa menggunakan ilmu meringankan tubuh yang sudah mencapai tahap sempurna. Hanya saja untuk saat ini, Dewa Maut lebih memilih untuk berjalan dengan santai. Dia senang jika menikmati segala macam keindahan yang disediakan oleh alam. Tiba-tiba langkah kakinya mendadak berhenti. Tubuhnya juga berdiri tegak tidak bergerak sedikitpun. Matanya memandang dengan tajam ke arah depan. Beberapa langkah di depan Dewa Maut selatan telah berdiri dua orang tak dikenal. Yang satu pria berusia sekitar enam puluhan tahun, sedangkan yang satu lagi pria sekitar lima puluhan tahun. Mereka memakai pakaian yang berbeda warna. Yang satu warna hijau, satu lagi warna putih. Ekspresi wajah kedua orang itu menggambarkan kebencian yang mendalam kepada Dewa Maut. Matanya mencorong tajam, seperti mata seekor kucing dalam kegelapan. "Siapa kalian?" tanya Dewa Maut dengan dingin. "Kau tidak mengenal kami?" tanya balik orang berpakaian hijau. "Aku sama sekali tidak mengenal kalian. Tapi aku yakin kalian pasti mengenalku," jawab Dewa Maut dengan dingin. Jika orang biasa yang mendengar ucapan Dewa Maut, mereka pasti akan bicara bahwa pemuda itu terlalu yakin. Padahal sejatinya, apa yang dikatakan oleh pemuda berpakaian serba hitam itu memang benar adanya. Dia mungkin tidak banyak mengenal orang lain. Tetapi orang lain pasti kenal dirinya. Dalam dunia persilatan dewasa ini, memangnya siapa yang tidak kenal Dewa Maut? Siapapun pasti mengenalnya. Meskipun belum pernah berjumpa sebelumnya, tapi dapat dipastikan bahwa semua orang pernah mendengar berita tentang dirinya. "Ucapan yang sangat sombong," kata orang berpakaian putih. "Bukankah kenyataannya memang begitu?" "Bagaimana kau bisa yakin bahwa kami mengenalmu?" "Jika kalian tidak mengenalku, bagaimana mungkin kalian menahan langkahku seperti sekarang?" Kedua orang tua itu langsung terbungkam seribu bahasa. Mereka tidak menjawabnya. Keduanya mati mut. Tangan kanannya telah siap untuk meraih senjata masing-masing. Keduanya memakai senjata yang berbeda. Yang satu kapak, satu lagi keris. Sedangkan Dewa Maut sendiri masih tetap tenang. Kedua tangannya masih tersimpan di belakang. Dia tidak memasang kuda-kuda. Dia juga tidak memperhatikan gerakan apa yang akan dilakukan oleh musuhnya. Dewa Maut adalah tokoh tanpa tanding. Sampai di mana kekuatan sesungguhnya, tidak ada yang dapat mengukurnya dengan pasti. Yang jelas, datuk dunia persilatan saja merasa segan kepada pemuda angkuh itu. Sebagai tokoh tanpa tanding, sudah pasti dia dapat mengukur sampai di mana kemampuan lawan. Tetapi sebaliknya, lawannya tidak akan pernah bisa mengukur sampai di mana kemampuan dirinya. Wushh!! Wushh!!! Dua cahaya perak datang menerjang dengan sangat cepat. Deru angin yang dihasilkannya sangat dahsyat sehingga mampu menerbangkan dedaunan dan mematahkan ranting pohon. Sayangnya deru angin itu belum mampu untuk merobohkan tubuh Dewa Maut. Crapp!!! Crapp!!! Kedua tangan Dewa Maut diangkat ke atas. Tahu-tahu dua senjata itu sudah berada dalam jepitan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangannya. Serangan yang begitu cepat dan dahsyat ternyata dapat ditangkis hanya menggunakan dua jari tangan saja. Jika tidak menyaksikannya secara langsung, siapa yang akan percaya tentang kejadian ini?
LINE versi 11.15.0 ke atas untuk iOS dan Android.
Offenbar hast du diese Funktion zu schnell genutzt. Du wurdest vorübergehend von der Nutzung dieser Funktion blockiert.
Wenn dies deiner Meinung nach nicht gegen unsere Gemeinschaftsstandards verstößt,
Dengan bangga dibuat dengan ♥ di Polandia
0%0% нашли этот документ полезным, Отметить этот документ как полезный
0%0% сочли этот документ бесполезным, Отметить этот документ как бесполезный
Hasil Pencarian Buku Binatang Togel
Maaf, barangnya tidak ketemu
Coba cek lagi kata pencarianmu.